Tak pernah terucap dari mulutku ketika aku rindu dengan kicauan burung yang beterbangan diangkasa.
Tak pernah kumenyibakkan rambut dalam hembusan angin kencang dalam suatu muara.
Tak pernah pandangku sengaja kuberikan pada seonggok kenangan yang jauh disana.
Tak pernah langkahku kutujukkan pada jutaan awan yang sedang memandangku berjalan.
Dalam hati yang sepi ini, aku melihat sekilas cahaya yang datang menyorot mataku
Tajam...sangat tajam ... sampai aku tak bisa melihat ada bayangan apa disana.
Ketika aku berdiri seorang diri, tak ada satupun yang memandangku....
Sepi.... bahkan kupu-kupu saja enggan terbang, burung burung enggan berkicau, dan suara gemercik air seketika terhenti ketika mataku mulai kubuka berlahan
Terkadang, aku diam dalam lamunanku, mengapa waktu begitu lambat berputar, apakah dongeng yang sering aku dengar hanyalah ocehan belaka atau semua itu bisa menjadi nyata? Entah, aku bukan orang yang menawan hati bak ibu peri, dan aku bukan pelangi yang bisa mewarnai setiap langkah perjalanan ini.
Aku tidak pernah tau kedepan apakah mereka tetap menjadi panutan, atau takdirku seperti skenario Tuhan. Tapi aku akan terus melangkah meski jalanan lurus menjadi kasar, meski berliku aku tetap bertahan .
.
.
.
.
13 Mei 2016
21.13 WIB